Sumber Gambar: thiagodr on pixabay
Satoyama adalah salah satu sistem pertanian tradisional yang berkembang di Jepang. Satoyama berasal dari kata “sato” yang berarti desa dan “yama” yang berarti gunung. Sesuai dengan namanya, sistem pertanian ini terletak di wilayah pedesaan di area pegunungan. Menurut catatan, hampir** 40 persen wilayah pertanian di Jepang dahulu berupa Satoyama.**
Satoyama merupakan sebuah lingkup ekosistem berkelanjutan dimana manusia berperan sebagai pengelola hutan dan lahan pertanian. Beberapa aspek yang umum ditemukan dalam suatu sistem Satoyama antara lain adalah lahan pertanian, sawah, padang rumput, hutan sekunder atau hutan campuran, sungai, kolam, serta sumber air untuk irigasi.
Satoyama merupakan sebuah ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Hal ini disebabkan banyak terdapat spesies flora dan fauna unik dan endemik yang ditemukan dalam suatu sistem Satoyama. Hewan liar dapat bermigrasi antarkolam, sawah, padang rumput, hutan maupun antardesa. Kolam, sumber air, serta sungai juga berperan penting bagi beberapa serangga seperti capung dan kunang-kunang untuk mempertahankan hidupnya.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, sistem pertanian Satoyama mulai tergusur perkembangan industri. Selama 50 tahun terakhir, mulai banyak lahan Satoyama yang ditinggalkan. Penduduk Jepang yang didominasi warga lanjut usia, serta kurangnya tenaga muda yang berkecimpung dalam sistem ini menyebabkan Satoyama berada di ambang kepunahan.
Oleh karena itu. mulai banyak upaya untuk mengembalikan Satoyama yang diinisiasi oleh beberapa organisasi di Jepang. Gerakan ini juga didukung oleh Kementrian Lingkungan dan bertujuan untuk mempertahankan dan memperkenalkan sistem pertanian berkelanjutan yang mengoptimalkan pengelolaan lahan dan sumberdaya alam. Dengan adanya gerakan ini, diharapkan sistem pertanian berkelanjutan seperti Satoyama dan keanekaragaman hayati tetap bertahan di masa depan.