Sumber Gambar: Wikimedia
- Cara Mengenal Jamur Beracun dan Tidak Beracun untuk panduan cara membedakan jamur beracun dan tidak beracun.
- Mengenal 10 jenis Buah Beri untuk mengenal beri-berian yang ada di dunia.
Tekstur kenyal dari jamur memang membuatnya nyaman dan menyenangkan untuk disantap. Terlebih rasa umami (gurih) -nya khas, berbeda dengan yang terdapat pada daging-dagingan. Jamur sering kali disantap layaknya sayur pelengkap, dijadikan kaldu, atau sebagai agen fermentasi. Namun, tidak semua jamur dapat dikonsumsi. Beberapa jamur menghasilkan senyawa beracun yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Jamur-jamur beracun tersebut mayoritas tumbuh di alam bebas, berwarna mencolok, berbau menyengat, memiliki cawan, dan akan berubah warna saat dimasak. Salah satu jamur yang berbahaya adalah jamur enoki. Jamur ini sempat menggegerkan dunia dengan wabah listeria. Bakteri Listeria yang hidup di jamur ini dapat membahayakan kesehatan manusia. Meskipun begitu, jamur enoki sebenarnya aman dikonsumsi jika sudah dimasak dengan suhu >75oC. Berikut adalah beberapa jamur lain yang tidak dapat dimakan.
Jamur Sayap Malaikat (Pleurocybella porrigens)
Jamur ini memiliki warna putih bersih dan berbentuk lebar menyerupai sayap malaikat (sekilas seperti jamur tiram). Pada mulanya jamur malaikat pernah dikonsumsi khalayak tetapi di tahun 2004 terdapat kasus keracunan pada sekitar 60 orang di Jepang akibat memakannya. Di tahun 2009 ditemukan kembali kasus kematian pria berusia 65 tahun akibat ensefalopati (penyakit otak) akibat mengonsumsi jamur ini. Racun dari jamur malaikat belum ditemukan dengan pasti melalui penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Namun, kombinasi asam amino yang unik telah diidentifikasi dapat membunuh sel-sel otak hewan percobaan. Kemungkinan jamur ini juga mengandung kadar sianida yang tinggi.
Conocybe filaris
Daerah Pasifik Barat Laut AS merupakan tempat ditemukannya jamur ini. Bentuk jamur seperti rumput laut dan berwarna kecoklatan. Kandungan racun yang terdapat dalam jamur adalah sangatoxin. Racun tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Gelaja yang timbul akibat konsumsi jamur Conocybe filaris adalah pendarahan hebat di saluran pencernaan, gagal hati, dan gagal ginjal.
Destroying Angel
Nama ilmiah dari Destroying Angel adalah Amanita bisporigera. Spesies jamur ini ditemukan di bagian timur dan barat Amerika Utara dan Eropa. Umumnya jamur tumbuh di tepian hutan atau halaman berumput dekat pohon dan semak. Racun pada jamur merupakan amatoxin. Konsumsi racun tersebut dalam jumlah yang sangat sedikit bahkan berakibat fatal. Penyakit tubuh yang terjadi akibat konsumsi jamur ini adalah kerusakan hati dan ginjal dengan gejala muntah, kejang, kram, delitium, dan diare.
Autumn Skullcap (Galeruna marginata)
Jamur ini tumbuh di kayu mati dengan bentuk mirip jamur Pholiota mutabilis yang bisa dimakan. Bedanya, Autumn Skullcap memiliki batang seperti sisik. Amatoxin merupakan racun yang terkandung di dalamnya. Gejala akibat mengonsumsi jamur ini adalah diare, muntah, hipotermia, kerusakan hati, hingga menyebabkan kematian.
Death Cap (Amanita phalloides)
Jamur asli Eropa ini biasa tumbuh di bawah pohon ek. Agen toksin utamanya adalah amatoxin. Konsumsi sekitar 30 gram atau setengah jamur ini cukup untuk membunuh orang dewasa. Bahkan efek dari racun tersebut tidak hilang meskipun telah dimasak, dikeringkan, atau dibekukan. Gejala yang timbul akibat konsumsi jamur ini adalah nyeri perut yang lebar, muntah, dan diare yang disertai darah. Sementara itu, kerusakan terjadi di hati, ginjal, sistem saraf pusat, dan gula darah menurun. Nah, hati-hati yaa jika Sobat Tania menemukan jamur-jamur jenis ini. Jangan berani-berani mengonsumsinya. Jika Sobat Tania memutuskan untuk budidaya jamur sendiri, ikuti panduannya di Aplikasi Dokter Tania.