Sumber Gambar: https://unsplash.com/photos/HOOKgN_zIY8
- Tiga Komoditas Yang Cocok Ditanam Saat Musim Kemarau untuk mengetahui tanaman apa saja yang bagus untuk ditanam saat musim kemarau
- Tanaman Yang Cocok Ditanam Selama Musim HujanTuntuk mengetahui tanaman apa saja yang bagus untuk ditanam selama musim penghujan
Banyak yang tidak mengetahui bahwa banyak daerah di Indonesia memiliki kalender tanam tradisional yang sudah ada dari zaman nenek moyang yang diturunkan secara turun menurun sampai saat ini. Kalender tanam tradisional ini dijadikan sebagai acuan dalam waktu tanam, panen, dan menggunakan komoditas tertentu. Salah satu kalender tanam tradisional adalah Pranata Mangsa yang berasal dari daerah Jawa. Sudahkah Sobat Tania mengetahui apa itu Pranata Mangsa? Mari kita simak bersama pembahasan mengenai Pranata Mangsa yang merupakan istilah untuk kalender tanam tradisional dari daerah Jawa. Selamat membaca Sobat Tania!
Mengenal Pranata Mangsa
Pranata mangsa adalah pengetahuan yang dipegang petani atau nelayan dan diwariskan secara oral (dari mulut ke mulut). Selain itu, ia bersifat lokal dan temporal (dibatasi oleh tempat dan waktu) sehingga suatu perincian yang dibuat untuk suatu tempat tidak sepenuhnya berlaku untuk tempat lain. Petani, umpamanya, menggunakan pedoman pranata mangsa untuk menentukan awal masa tanam. Nelayan menggunakannya sebagai pedoman untuk melaut atau memprediksi jenis tangkapan.
Pranata mangsa berbasis peredaran matahari dan siklusnya (setahun) berumur 365 hari (atau 366 hari) serta memuat berbagai gejala alam yang dimanfaatkan sebagai pedoman dalam kegiatan usaha tani maupun persiapan diri menghadapi bencana (kekeringan, wabah penyakit, serangan pengganggu tanaman, atau banjir) yang mungkin timbul pada waktu-waktu tertentu.
Bagian-Bagian Pranata Mangsa
Dalam pembagian yang lebih rinci, setahun dibagi menjadi 12 musim (mangsa) yang rentang waktunya lebih singkat namun dengan jangka waktu bervariasi. Perlu diingat bahwa tuntunan ini berlaku di saat penanaman padi sawah hanya dimungkinkan sekali dalam setahun, diikuti oleh palawija atau padi gogo, dan kemudian lahan bera (tidak ditanam).
Berikut Pranata Mangsa Utama yang biasa digunakan oleh petani :
(1) Kasa (Kartika), Ketiga - Terang, yaitu pada 22 Juni – 1 Agustus (41 hari) dengan istilah Jawa Sesoty murca ing embanan ("Intan jatuh dari wadahnya" atau maksudnya daun-daun berjatuhan dan mulai menanam palawija).
(2) Karo (Pusa), Ketiga - Paceklik, yaitu pada 2 Agustus – 24 Agustus (23 hari) dengan istilah Jawa Bantala rengka ("bumi merekah").
(3) Katelu (Manggasri), Ketiga - Semplah, yaitu pada 25 Agustus – 18 September (24 hari) dengan isitlah Jawa Suta manut ing bapa ("anak menurut bapaknya") saat Palawija mulai dipanen.
(4). Kapat (Sitra), Labuh - Semplah, yaitu pada 19 September – 13 Oktober (25 hari) dengan istilah Jawa Waspa kumembeng jroning kalbu ("Air mata menggenang dalam kalbu" atau maksudnya mata air mulai menggenang) saat menggarap lahan untuk padi gogo.
(5) Kalima (Manggakala), Labuh - Semplah, yaitu pada 14 Oktober – 9 November (27 hari) dengan istilah Jawa Pancuran mas sumawur ing jagad ("Pancuran emas menyirami dunia") saat mulai menyebar padi gogo.
(6) Kanem (Naya), Labuh - Udan, yaitu pada 10 November – 22 Desember (43 hari) dengan istilah Jawa Rasa mulya kasuciyan saat para petani menyebar benih padi di pembenihan.
(7) Kapitu (Palguna), Rendheng - Udan, yaitu pada 23 Desember – 3 Februari (43 hari) dengan istilah Jawa Wiså kéntir ing marutå ("Racun hanyut bersama angin" atau maksudnya banyak penyakit) saat memindahkan bibit padi ke sawah.
(8) Kawolu (Wisaka), Rendheng - Pangarep-arep, yaitu pada 4 Februari – 28/29 Februari (26/27 hari) dengan istilah Jawa Anjrah jroning kayun ("Keluarnya isi hati") saat padi menghijau.
(9) Kasanga (Jita), Rendheng - Pangarep-arep, yaitu pada 1 Maret – 25 Maret (25 hari) dengan istilah Jawa Wedharing wacana mulya ("Munculnya suara-suara mulia" atau maksudnya beberapa hewan mulai bersuara untuk memikat lawan jenis) saat padi berbunga.
(10) Kasepuluh (Srawana), Mareng - Pangarep-arep, yaitu pada 26 Maret – 18 April (24 hari) dengan istilah Jawa Gedhong mineb jroning kalbu ("Gedung terperangkap dalam kalbu" atau maksudnya masanya banyak hewan bunting) saat padi mulai menguning,
(11) Desta (Padrawana), Mareng - Panèn, yaitu pada 19 April – 11 Mei (23 hari) dengan istilah Jawa Sesotya sinarawedi ("Intan yang bersinar mulia") saat panen raya genjah (panen untuk tanaman berumur pendek).
(12) Sada (Asuji), Mareng - Terang, yaitu pada 12 Mei – 21 Juni (41 hari) dengan istilah Jawa Tirta sah saking sasana ("Air meninggalkan rumahnya" atau maksudnya jarang berkeringat karena udara dingin dan kering) saatnya menanam palawija.
Bentuk formal pranata mangsa diperkenalkan pada masa Sunan Pakubuwana VII (raja Surakarta) dan mulai dipakai sejak 22 Juni 1856, dimaksudkan sebagai pedoman bagi para petani pada masa itu. Perlu disadari bahwa penanaman padi pada waktu itu hanya berlangsung sekali setahun, diikuti oleh palawija atau padi gogo.
Selain itu, pranata mangsa pada masa itu dimaksudkan sebagai petunjuk bagi pihak-pihak terkait untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana alam, mengingat teknologi prakiraan cuaca belum dikenal.
Pranata mangsa dalam bentuk "kumpulan pengetahuan" lisan tersebut hingga kini masih diterapkan oleh sekelompok orang dan sedikit banyak merupakan pengamatan terhadap gejala-gejala alam
Selain menggunakan cara tradisional seperti Pranata Mangsa, untuk mengetahui prakiraan cuaca dengan cara yang lebih modern dan menggunakan teknologi, kita bisa menggunakan fitur Prakiraan Cuaca di Aplikasi Dokter Tania, sehingga Sobat Tania bisa mengetahui kondisi cuaca ditempat dimana Sobat berada secara real time dan akurat.