article-image

Sumber Gambar: https://www.canva.com/media/MADaAtkz9WY

Baca Juga

Peningkatan emisi dan konsentrasi dari gas rumah kaca (GRK) mengakibatkan terjadinya pemanasan global, diikuti dengan naiknya tinggi permukaan air laut akibat pemuaian dan pencairan es di wilayah kutub. Naiknya tinggi permukaan air laut akan meningkatkan energi yang tersimpan dalam atmosfer, sehingga mendorong terjadinya perubahan iklim, antara lain El Nino dan La Nina. Fenomena El Nino dan La Nina sangat berpengaruh terhadap kondisi cuaca/iklim di wilayah Indonesia dengan geografis kepulauan.

Sektor pertanian adalah sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim karena berpengaruh terhadap pola tanam, waktu tanam, indeks pertanaman, produksi dan kualitas hasil. Data menunjukkan bahwa perubahan iklim berupa pemanasan global dapat menurunkan produksi pertanian antara 5 - 20%. Perubahan iklim antara lain menyebabkan kekeringan dan banjir, yang berdampak terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Performa sebagian komponen agronomis sangat terkait dengan perubahan jumlah dan pola curah hujan (ketersediaan air), pergeseran musim (maju mundur dan lamanya musim hujan/kemarau). Kejadian El Nino diperkirakan menyebabkan peningkatan luas areal padi sawah yang terdampak kekeringan dari 0.3-1,4% menjadi 3,1-7,8%. Pada kejadian La Nina, luas area sawah yang mengalami puso (gagal panen) meningkat dari 0.004-0,41% menjadi 0.04-1,87%. Sedangkan pada tahun basah (La Nina) luas sawah yang terkena banjir meningkat dari 0.75-2,68% menjadi 0,97-2,99%. Penurunan produksi akibat banjir dan kekeringan meningkat dari 2,4-5% menjadi lebih dari 10%. Indonesia, adalah negara di Asia Tenggara yang akan paling menderita akibat perubahan iklim terutama kekeringan dan banjir, karena fenomena ini akan menurunkan produksi pangan dan kapasitas produksi. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 15% merupakan sumbangan dari sektor pertanian dan 41% dari angkatan kerja tergantung dari sektor pertanian. Kejadian iklim ekstrim antara lain menyebabkan,

  1. Gagal panen, penurunan indeks pertanaman yang berujung pada penurunan produktivitas dan produksi
  2. Kerusakan sumber daya lahan pertanian
  3. Peningkatan frekuensi, luas, dan intensitas kekeringan
  4. Peningkatan kelembaban yang berujung kepada peningkatan intensitas gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Kekeringan dan banjir berdampak terhadap produksi melalui ditinjau dari segi luas area panen, serangan OPT, pertumbuhan dan produktivitas tanaman. El-Nino dan kekeringan berdampak lebih dominan terhadap penurunan luas area panen seluruh komoditas dibanding terhadap penurunan produktivitas. Kejadian banjir dan kekeringan dapat mengganggu tanaman pada stadia apapun dari persemaian hingga panen. Gangguan tanam bisa berupa gagal tanam setelah semai, tanaman rusak karena banjir, atau puso. Selain itu, peningkatan intensitas banjir secara tidak langsung akan mempengaruhi produksi karena meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman.

Perubahan iklim dengan segala dampaknya berpotensi menyebabkan kehilangan produksi tanaman pangan meliputi 20,6% untuk padi, 13,6% jagung, dan 12,4% kedelai.

Untuk dapat mengetahui perkiraan cuaca di tempat Sobat Tania berada, Sobat Tania bisa menggunakan fitur Prakiraan Cuaca di Aplikasi Dokter Tania. Dengan fitur ini perkiraan cuaca dapat dipantau secara mudah dan real time.

Ingin tingkatkan panen? Download aplikasi Dokter Tania sekarang
Lihat Referensi