Sumber Gambar: cengizkarakus on Getty Images
- [Manfaat dan Cara Membuat Teh Cascara, Olahan Limbah Kulit Kopi] (https://www.neurafarm.com/blog/InfoTania/Teknologi%20Pertanian/manfaat-dan-cara-membuat-teh-cascara-olahan-limbah-kulit-kopi)
Sebagai negara agraris, sektor pertanian memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sama seperti sektor lain, pertanian juga menghasilkan limbah yang memerlukan pengelolaan dan pemanfaatan. Limbah pertanian merupakan semua bentuk sisa-sisa proses produksi, baik berupa bagian pohon ataupun sisa racun hama dan pupuk yang digunakan. Apa saja jenis-jenis limbah pertanian dan bagaimana pemanfaatannya? Mari kita simak bersama pembahasannya. Selamat membaca Sobat Tania!
Limbah Pertanian Berdasarkan Waktunya
Berdasarkan masa produksi, limbah pertanian dibagi menjadi tiga macam, yakni limbah pertanian prapanen, limbah ketika panen, dan limbah setelah atau pascapanen. Limbah prapanen biasanya berupa daun yang gugur, buah yang tidak berkembang dan lain sebagainya, sedangkan limbah panen biasanya dihasilkan setelah produk utama diambil. Sebagai contoh, dalam pertanian padi, limbah ketika panen meliputi jerami, batang, dan sekam yang merupakan sisa hasil produksi. Sementara itu, limbah pascapanen adalah buah atau hasil panen yang rusak atau tidak memenuhi aturan kualitas yang berlaku.
Jenis-jenis Limbah Pertanian Berdasarkan Bentuknya
Limbah pada dasarnya memiliki esensi yang sama. Dalam sektor pertanian, limbah memiliki tiga bentuk, yakni limbah padat, cair dan gas. Adapun yang termasuk limbah padat adalah limbah yang wujudnya padat (dapat dipegang). Contohnya adalah limbah prapanen, pascapanen, maupun limbah panen. Dalam sistem pengelolaan, limbah padat umumnya mudah didaur ulang karena sifatnya organik. Petani bisa mengolahnya menjadi pupuk atau pakan ternak. Meski mudah, para petani tetap harus berhati-hati karena jika tidak ditangani dengan baik, maka bisa menimbulkan bau yang tidak enak. Limbah cair biasanya berasal dari sisa air yang dipakai untuk membersihkan bahan pangan, sisa pupuk cair, maupun sisa air yang digunakan membilas hasil panen dan lain sebagainya. Contoh limbah gas pertanian dapat dijumpai pada proses pengeringan daun teh. Uap air harus dibuang dengan menggunakan cerobong asap agar tidak mengganggu udara yang dekat dengan kawasan hunian penduduk.
Pemanfaatan Limbah Pertanian Menjadi Silase
Silase merupakan pakan hijauan ternak yang diawetkan yang disimpan dalam drum plastik atau kantong plastik yang kedap udara dan sudah mengalami proses fermentasi dalam keadaan tanpa udara atau anaerob. Proses silase ini melibatkan bakteri-bakteri atau mikroba yang membentuk asam susu, yaitu Lactis Acidi dan Streptococcus yang hidup secara anaerob dengan derajat keasaman 4 (pH 4). Melimpahnya limbah hasil pertanian khususnya jagung pada musim panen merupakan \kesempatan bagi peternak untuk menyimpan pakan cadangan untuk persiapan di musim kemarau. Meskipun demikian, menjaga nilai gizi atau protein tidak berkurang saat pakan tersebut disimpan (selama 1 bulan, 2 bulan atau 6 bulan bahkan 1 tahun) menjadi isu tersendiri bagi para petani. Untuk itu, para peneliti memperkenalkan salah satu teknologi pengawetan pakan dari limbah jagung untuk pakan ternak, yaitu teknik Silase. Pembuatan silase dapat dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
- Timbang semua bahan yaitu brangkas jagung sebanyak 30 kg, bekatul 3 kg, molasses sebanyak 500 ml dan probiotik sebanyak 50 ml
- Cincang brangkas jagung menjadi potongan-potongan kecil, lalu hamparkan brangkas jagung di atas lantai yang bersih
- Campur probiotik, molasses dan air dalam ember yang bersih, kemudian percikan pada brangkas jagung secara merata.
- Taburkan bekatul pada brangkas jagung secara merata
- Tambahkan air jika tingkat kebasahan campuran kurang dan belum merata
- Aduk/campur semua bahan secara merata dengan membolak-balikkan brangkas jagung
- Masukkan hasil campuran ke dalam drum (silo) sedikit demi sedikit, sambil dipadatkan (diinjak-injak), agar udara yang ada dalam drum dapat dikurangi atau dihilangkan sama sekali.
- Setelah semua bahan campuran dimasukkan, maka silo ditutup dengan katup serapat mungkin, agar tidak ada udara yang masuk dan proses ensilase (pembuatan silase) secara an-aerob berjalan baik. Bila dalam proses pembuatan silase wadah penyimpanan tidak 100% kedap udara, maka bagian permukaan silase akan rentan terkontaminasi oleh bakteri lain yang merugikan seperti bakteri Clostridium tyrobutyricum yang mampu mengubah asam laktat menjadi asam butirat. Campuran dalam silo didiamkan selama 14-21 hari di tempat yang tidak terkena hujan dan sinar matahari secara langsung. Pada hari ke-14, buka tutup silo untuk memeriksa kondisi apakah tercium bau beraroma seperti tape dari brangkasan jagung dan memastikan suhu brangkasan berkisar antara 37-38 derajat Celcius. Jika sudah sesuai, maka proses pembuatan silase berjalan dengan baik dan drum/silo dapat ditutup kembali dengan rapat hingga hari ke-21. Poses pembuatan silase dari brangkasan jagung dinyatakan berhasil jika saat silo dibuka tercium aroma seperti tape dengan suhu normal. Silase kemudian dikeluarkan dari drum untuk diangin-anginkan. Setelah diangin-anginkan, silase siap digunakan sebagai pakan ternak. Jumlah silase (dalam satuan berat) yang diberikan untuk ternak sesuai dengan kondisi ternak yang dimiliki, yaitu 20% dari bobot badan sapi. Untuk dapat mengetahui cara budidaya secara tepat, Sobat Tania bisa menggunakan fitur Budidaya di Aplikasi Dokter Tania. Dengan fitur ini budidaya akan lebih mudah dipahami dan menghasilkan panen yang melimpah.