article-image

Sumber Gambar: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Aquaponics_at_Growing_Power,_Milwaukee.jpg

Ketersediaan lahan yang semakin menurun dan sumber daya air yang kian terbatas menjadi permasalahan utama dalam peningkatan produksi budidaya perikanan air tawar maupun produksi komoditas pertanian. Permasalahan lain dalam budidaya perikanan adalah limbah sisa buangan yang dapat mencemari lingkungan perairan seperti kandungan amonia dan fosfor hasil dekomposisi pakan yang terbuang. Pakan yang terbuang dan feses ikan merupakan salah satu sumber pencemar perairan di kawasan budidaya perikanan. Selain itu, keterbatasan lahan dan kualitas media tumbuh yang cenderung mengalami penurunan menjadi faktor penghambat produktivitas beragam komoditas pertanian, salah satunya komoditas sayuran. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, diperlukan adanya pengembangan teknologi sistem budidaya yang integrasi antara sistem pemeliharaan dan pembesaran ikan dengan sistem produksi tanaman. Integrasi kedua sistem tersebut dikenal dengan istilah “aquaponik”. Salah satu sistem aquaponik yang sudah banyak dilakukan yaitu dengan mengintegrasikan budidaya ikan lele dengan tanaman sayuran seperti kangkung. Sistem aquaponik lele-kangkung ini bergantung pada berbagai faktor yang akan dijelaskan di bawah ini:

MENGENAL LEBIH JAUH SISTEM AQUAPONIK Aquaponik merupakan sistem budidaya terintegrasi antara komoditas perairan seperti ikan dengan tanaman. Sistem ini bersifat lebih ramah lingkungan karena pada sistem ini, mikroba perairan, khususnya akan menurunkan konsentrasi amonia, nitrit, dan memenuhi kebutuhan nitrat untuk tanaman. Keberadaan amonia dan nitrit yang berlebih pada lingkungan perairan budidaya ikan merupakan sumber racun yang dapat menyebabkan kematian ikan budidaya.

POTENSI LELE DAN KANGKUNG SEBAGAI KOMODITAS SISTEM AQUAPONIK Ikan lele memiliki kelebihan dalam melakukan metabolismenya secara optimal meskipun berada pada lingkungan yang kurang menguntungkan. Dalam langkah intensifikasi produksi lele, diperlukan sistem budidaya dengan pengaturan dari daya dukung lingkungan hidup lele agar produktivitas lele baik dari segi kuantitas maupun kualitas dapat optimal.

Kangkung merupakan komoditas sayuran musiman dengan permintaan pasar yang terus meningkat tiap tahunnya. Kangkung juga merupakan sumber nutrisi tinggi dimana tiap 100 gram kangkung mengandung 30 kal, protein 3,9 gram, lemak 0,6 gram, dan karbohidrat 4,4 gram. Kangkung juga memiliki masa pertumbuhan dan hidup yang sangat singkat, yaitu dapat panen sekitar 40 hari setelah tanam serta memiliki laju pertumbuhan yang tinggi. Selain itu, kangkung memiliki kemampuan penyerapan nitrat yang relatif tinggi sehingga mampu memanfaatkan produksi nitrat pada sistem aquaponik. Dengan demikian, komoditas kangkung merupakan komoditas potensial yang dapat dijadikan pilihan pada sistem aquaponik.

FAKTOR LAIN YANG MEMPENGARUHI SISTEM AQUAPONIK LELE DAN KANGKUNG Kadar oksigen terlarut yang kurang pada sistem aquaponik akan menyebabkan penurunan daya hidup dan produktivitas baik ikan maupun tanaman yang dibudidayakan. Selanjutnya yaitu temperatur air yang digunakan pada sistem aquaponik akan berpengaruh pada kemampuan metabolism ikan dan berpengaruh pada akar tanaman dalam menyerap nutrisi. Terakhir kadar nitrat dan amonia yang dihasilkan dari proses nitrifikasi dan amonifikasi bakteri akan mengubah pH air dalam sistem sehingga diperlukan laju penyerapan nutrisi oleh tanaman yang seimbang agar pH air (lingkungan) sistem hidroponik terus berada dalam keadaan stabil

Referensi : Hasan, Z., Y. Andriani, Y. Dhahiyat, A. Sahidin, dan M. R. Rubiansyah. 2017. “Pertumbuhan Tiga Jenis Ikan dan Kangkung Darat yang Dipelihara dengan Sistem Akuaponik” Jurnal Ihtiologi Indonesia, 17(2): 175 – 184. Damanik, B. H., Herman H., Indah R., dan Hetti H. 2018. “Uji Efektivitas Biofilter dengan Tanaman Air untuk Memperbaiki Kualitas Air pada Sistem Aquaponik Ikan Lele Sangkuriang” Jurnal Perikanan dan Kelautan, 9(1): 134 – 142.

Ingin tingkatkan panen? Download aplikasi Dokter Tania sekarang